Halaman

02/11/12

Berburu Sego Megono


Narsis diatas doplak
Udara pagi hari disekitaran omah tani (omah tani merupakan organisasi petani di daerah batang). Lanjut bro, pagi itu sebelum adzan shubuh aku udah terbangun karena g kuat menahan dinginnya udara malam karena,secara tidur tanpa alas dan hanya berselimutkan sarung yang aku bawa dari Cikarang.
Setelah memenuhi panggilan alam,aku memenuhi kewajibanku dan kebutuhan rohaniku memanjatkan syukur kehadirat اللّه swt secara berjama'ah. Kemudian aku dan kawan-kawan yang lain jalan-jalan pagi disekitaran Omah Tani untuk menikmati kesejukan alam sekitar dipagi hari.
Kita ngobrol ringan tentang kesan tidurnya malam itu, ada yang ngorok(mendengkur) seperti diesel atau bahkan seperti kerbau. Ya..begitulah kita, terkadang cerita-cerita geli seperti itu menjadi cerita yang lucu saat diperbincangkan. Kita berinisiatif untuk mencari "sego megono". Kita penasaran,apa sich sego megono itu. Kemudian kita memutuskan untuk mencari sego megono di pasar bandar,kira-kira 10km sebelah utara Omah Tani. Kita waktu itu bertujuh,tidak ada bus maupun angkot, yang ada hanyalah ojeg dan doplak. Kalau naik ojeg di cikarang pun banyak sekali ojeg. Kita memutuskan untuk naik doplak.
Mungkin anda ada yang belum tahu,apa itu doplak. Doplak adalah alat transportasi berupa mobil bak terbuka (dimodifikasi bagian bak nya untuk pegangan penumpang).  Doplak sudah mulai jarang dipakai oleh warga sekitar batang karena sudah ada ojeg yang menurut warga,ojeg lebih cepat dan jumlahnya banyak.
Kita nunggu doplak sambil berjalan lagi dan tak lama kemudian kita bertemu dengan seorang ibu yang akan pergi ke pasar juga. Aku bertanya kepada ibu,"menawi saking mriki dugi pasar bandar nitih doplak bayaripun pinten bu?" Ibupun menjawab,"kalih ewu mas".
Setelah menunggu beberapa lama,doplakpun datang,namun ibu yang tadi juga punya tujuan ke pasar,memilih naik ojeg karena terlalu lama menunggu sedangkan dia harus menjajakan dagangan sayuran dipasar.
Kita antusias sekali naik doplak,setelah naik ke bak belakang, ternyata doplak itu dipenuhi dagangan yang akan dijual dipasar bandar. Ada ubi,pisang raja, singkong,daun singkong. Tapi kita diperbolehkan menaiki ubi yang memenuhi isi bak doplak tersebut. Mengingatkan kita saat masih dibangku sekolah naik angkutan umum dengan berdiri karena penuh.
Tak lama kemudan,sekitar 15menit kita sampai dipasar bandar. Tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional yang lain,suasana ramai dipenuhi orang-orang yang bertransaksi barang-barang kebutuhan rumah tangga,sayuran,buah-buahan dsb.
Kita berjalan mencari ke warung yang menjajakan sego megono. Setelah cukup lama berjalan akhirnya kita menemukan apa yang kita cari. Dan akhirnya penasaranpun terbayar setelah kita membuka bungkusan daun pisang yang isinya nasi,nangka muda yang dicacah-cacah diberi bumbu urap. Tak lupa gorenganpun aku ambil untuk menambah nikmatnya rasa sego megono. Setelah selesai menyantap sego megono, teh manis hangatpun disediakan. Setelah selesai semuanya,aku bayar apa yang sudah kita makan, "bu,sego megono 7,gorengane 6, teh manis 4,pinten?" Ibu penjual sego megono menjawab,"13rb mas. ". Kita sentak kaget,kita makan bertujuh hanya habis 13rb. Ternyata sego megono hanya seribu rupiah, gorengan 500 dan segelas teh manis juga 500.
Kemudian kita kembali ke omah tani dengan doplak,tak lama menunggu akhirnya doplakpun lewat,kita dengan sukacita naik doplak,tak lupa narsis foto-foto dulu ya. Sesampainya di omah tani kita melanjutkan aktivitas lagi untuk belajar di omah tani. Itulah pengalaman kami berburu sego megono.
@Batang 13052012~arif_®
Baca Selengkapnya →Berburu Sego Megono